Sepak-bola-id.blogspot.com - Sedikit kilas balik buat mengenang kejayaan Liga Italia Serie A Gan... Bagi Agan/Sist yang besar di tahun 1990 - 2000an pasti tahu Liga apa yang terbaik saat itu...
Mungkin Agan para penggemar Serie-A Italia tahun 90-an kenal betul istilah trequartista atau classic number 10. Bagi yang belum tau trequartista merupakan sebutan buat pemain-pemain yang dapat mengontrol permainan di belakang dua striker atau striker tunggal, pemain yang mempunyai skill di atas rata-rata, dengan kontrol sempurna, dribble mumpuni, dan insting mencetak gol yang tinggi. Bermain di belakang dua striker atau striker tunggal tidak mematikan peran seorang trequartista. Kemampuan para trequartista tidak hanya mengontrol permainan atau sekadar melakukan key-pass, tetapi mereka juga diberkahi insting tajam mencetak gol.
Masih ingat kan Agan/Sist nama-nama seperti Roberto Baggio, Rui Costa, Zinedine Zidane, Francesco Totti, Alessandro Del Piero..?? Saya jamin nama-nama barusan telah menjadi idola Agan/Sist yang mengikuti sepak bola Italia pada tahun 90-an dan awal 2000-an. Roberto Baggio selama karirnya dia berhasil mencetak 221 gol; Del Piero 208 gol; dan yang terbaru Totti dengan torehan 225 gol (bahkan masih bisa bertambah karena Del Piero dan Totti masih aktif bermain). Zidane tak perlu lagi kita bahas kehebatannya, dia adalah maestro, trequartista terbaik yang pernah ada. Saya pikir, banyak dari Agan/Sist juga setuju....
Era trequartista klasik di Italia mulai tergerus pada awal tahun 2000-an. Kepergian Del Piero dari Italia pada musim panas tahun 2012 membuat luka tersendiri. Entah itu bagi para rekan setim, fans, bahkan seorang "lawan abadi" Ale, Francesco Totti, juga bersedih. Bagaimana tidak, pemilik nomor punggung 10 di Italia yang setipe Del Piero memang sudah sedikit jumlahnya. Sebelum Del Piero hijrah ke Australia, pengguna nomor punggung 10 seperti Del Piero hanya tinggal dirinya dan Totti. Kini Italia kehilangan sosok il pinturicchio, kehilangan seorang trequartista handal. Pada sepakbola modern, kontrol permainan lebih memilih peran deep lying-playmaker atau regista untuk mengatur permainan. Sebenarnya peran regista dan trequartista sama, mengendalikan permainan sebuah tim tapi seorang trequartista juga diberkahi dalam urusan mencetak gol. Andrea Pirlo, bisa dikatakan regista pertama yang terlihat di dunia sepak bola. Pemain yang punya peran sama dengan trequartista, namun lebih mendalam. Mungkin il Metronome lah yang telah mengilhami banyak pelatih sekarang menggunakan jasa seorang regista, dan menghilangkan peran trequartista di sepak bola modern.
Di luar Italia, tak banyak pemain yang dapat julukan trequartista. Di Argentina, nama Juan Roman Riquelme terlihat sebagai sebuah trequartista andal. Seandainya Riquelme sekarang masih bermain di tim nasional Argentina bersama Lionel Messi, mungkin Argentina akan menjadi sebuah tim yang menakutkan. Pada era sepak bola modern seperti sekarang ini, peran playmaker memang masih sangat dibutuhkan, tetapi mungkin mereka tak bisa disebut sebagai seorang trequartista. Xavi Hernandez di Barcelona lebih seperti regista, dia tidak terlalu membantu penyerangan, hanya mengalirkan laju-laju bola di Blaugrana dan mengontrol permainan. Andres Iniesta bisa saja disejajarkan dengan para trequartista, sebab dengan skill individu yang di atas normal, juga insting mencetak gol yang lumayan tinggi, serta kemampuan mengontrol permainan, dan passing yang sering memanjakan La Pulga di tiap pertandingan adalah cerminan seorang trequartista. Lantas disebut apakah David Silva, Samir Nasri, Juan Mata, Eden Hazard, Oscar, Mesut Ozil, Jack Wilshere, Shinji Kagawa atau Mario Gotze? Entahlah, tapi kemampuan mereka masih belum bisa disejajarkan dengan nama-nama seperti Baggio, Rui Costa, Alessandro Del Piero, Totti maupun Zidane..
DERETAN "CLASSIC NUMBER 10" SERIE A
Karier:
1982 - 1985 Vicenza (13 Goal)
1985 - 1990 Fiorentina (39 Goal)
1990 - 1995 Juventus (78 Goal)
1995 - 1997 Milan (12 Goal)
1997 - 1998 Bologna (22 Goal)
1998 - 2000 Internazionale (12 Goal)
2000 - 2004 Brescia (45 Goal)
Zinedine Yazid Zidane (Lahir: 23 Juni 1972)
Karier:
1989 - 1992 Cannes (6 Goal)
1992 - 1996 Bordeaux (28 Goal)
1996 - 2001 Juventus (24 Goal)
2001 - 2006 Real Madrid (37 Goal)
Rui Manuel César Costa (Lahir: 29 Maret 1972)
Karier:
1990 - 1994 Benfica (13 Goal)
1994 - 2001 Fiorentina (38 Goal)
2001 - 2006 Milan (4 Goal)
2006 - 2008 Benfica (5 Goal)
Alessandro Del Piero (Lahir: 9 November 1974)
Karier:
1991 - 1993 Padova (1 Goal)
1993 - 2012 Juventus (208 Goal)
2012 - ....... Sydney FC (14 Goal)
Francesco Totti (Lahir: 27 September 1976)
Karier:
1993 - ....... Roma (224 Goal)
Ricardo "Kaka" Izecson dos Santos Leite (Lahir: 22 April 1982)
Karier:
2001 - 2003 Sao Paulo (23 Gol)
2003 - 2009 Milan (70 Goal)
2009 - ....... Real Madrid (23 Goal)
Wesley Sneijder (Lahir: 9 Juni 1984)
Karier:
2002 - 2007 Ajax (43 Goal)
2007 - 2009 Real Madrid (11 Goal)
2009 - 2013 Internazionale (13 Goal)
2013 - ....... Galatasaray (4 Goal)
Komentar:
Di era sepakbola modern ini memang banyak perubahan dan perkembangan di dunia sepakbola. Lebih taktis maennya, saat ini tim2 modern lebih suka make form 4-2-3-1 dimana dua full back kanan kiri yang bekerja keras naik turun (dibantu double pivot atau cuman 1 pivot aja ditengah bwt meredam serangan/serangan balik ).
Klo jaman akhir 99an sampe awal 2000an, kita bisa liat bagaimana superiornya tim2 Italy (Juve, Milan, Inter, Lazio. Fiorentina, bahkan Parma). Mereka punya pakem sendiri dengan 1 gelandang perusak dan trequartista, contoh: siapa yang ga seneng liat liukan dan passing Zidane, dia bisa begitu karena punya deputi (Davids) yang bisa ngembat bola di belakang, jadi Zidane ga perlu repot2 turun kebelakang, pun Milan dengan Albertini, Gattuso, Boban. Inter dengan Almeyda sebagai jangkar dan di Biagio sebagai perusak sehingga memudahkan kerja Stankovic atau Recoba...CMIIW Bahkan Parma ikut bersuara dengan duet Crespo dan Chiesa yang ditopang Veron.
Untuk era sekarang Italy sedang mencoba pakem baru dengan lebih mengandalkan daya serang tinggi, lihat Juve yang sedang membangun dinasti yang sempat hilang dengan dibantu metronom gaek namun masih sangat brilian hasil temuan Ancelotti, Milan ingin merusak dinasti Juve dengan skuad muda yang enerjik, Inter ingin membayar kegagalan tahun kemarin, Lazio mulai menemukan kembali ritme nya, Napoli hadir dengan new Maradona dari Slovakia, Fiorentina sudah berada dijalur yang tepat asal Ljajic tidak pergi... Namun, semua masih belum cukup, karena tim2 Inggris, Jerman, Spanyol, bahkan Prancis...selangkah lebih didepan karena mereka punya UANG......
Sekian update informasi kali ini seputar Kematian "Classic Number 10" di Era Sepak Bola Modern. Semoga bermanfaat!